
Komunikasi Politik Jawa
Kompleksitas bahasa membuat keniscayaan batasan lawan bicara, setiap politisi ulung di Jawa memakai bahasa pada levelnya masing-masing. Fenomena ini membuat keniscayaan derajat bahasa membatasi oleh dan kepada siapa pesan itu disampaikan.
Dalam masyarakat Jawa dikenal istilah “dhupak bujang”, “èsěm mantri”, “sěmu bupati”, dan “sasmita ratu”. Empat klaster derajat bahasa politik yang kadang-kadang makna leksikal-nya berbeda sama sekali. Sebenarnya, masyarakat Jawa mulai berlatih sejak dini dengan “cangkriman” dan “bebasan”.
Dewasa ini, secara kebetulan jumlah penduduk pulau Jawa yang masih dominan, pun juga bangsa Jawa masih menempati populasi terbesar dalam negara ini, maka sesekali kita melihat fenomena penggunaan derajat bahasa dalam komunikasi politik Jawa muncul di media digital skala nasional. Semisal menu-menu apa saja yang disajikan di meja makan para penguasa dan atau diksi-diksi bahasa Jawa, dan seterusnya.
Yang bisa membaca akan punya daya langkah, yang tak bisa makin mudah terbawa arus.
