Nukilan Pembacaan dari buku Pada Akhirnya: Ekomistisiesme dalam Serat Centhini dan Alusi lainnya karya Frengki N.F.P.
Sawan Sawah, Smarabumi, dan Ekomistisisme Centhini

Nukilan Pembacaan dari buku Pada Akhirnya: Ekomistisiesme dalam Serat Centhini dan Alusi lainnya karya Frengki N.F.P.
Abad ke-19 adalah abad yang sulit bagi pulau Jawa khususnya orang Jawa. Abad yang penuh gejolak, terutama bagi penduduk Jawa yang baru saja selamat dari konflik dahsyat yang dikenal sebagai Perang Jawa (1825-1830). Setelah Perang Jawa berakhir, Jawa memasuki tatanan baru, kekuasaan kolonial Hindia Belanda mengontrol wilayah Vorstenlanden (Surakarta dan Yogyakarta) dengan lebih leluasa. Dengan kondisi seperti itu hadirlah sosok Ronggowarsito, Mangkunegara IV, dan Raden Saleh .
Manusia Jawa, seperti dalam kebudayaan yang lain, memiliki cara pandang tersendiri dalam melihat waktu. Waktu dipandang dari kelahiran hingga wafat.
Aksara ꦯ ini dikenal sebagai aksara Murda Sa, sebagai huruf kapital penyebutan nama tertentu dalam Paugeran Sriwedari. Tetapi, aksara ini juga dikenal untuk menggantikan ś atau sy atau ç dalam paugeranMardikawi, sebuah pengaturan peraturan untuk menulis bahasa Jawa Kuna dengan menggunakan aksara Jawa Baru.
Centhini adalah karya sastra yang diprakarsai oleh Amangkunagara III, putra Sunan Pakubuwono IV di Kraton Surakarta. Karya ini memuat semua pengetahuan Jawa pada abad XIX.
Kompleksitas bahasa membuat keniscayaan batasan lawan bicara, setiap politisi ulung di Jawa memakai bahasa pada levelnya masing-masing. Fenomena ini membuat keniscayaan derajat bahasa membatasi oleh dan kepada siapa pesan itu disampaikan.
Setidaknya sejak sebelum sekolah, ketika saya mulai mengenal aksara Jawa baru selalu bertanya, mengapa aksara “rĕ” ditulis dengan “pa cěrěk” pun juga “lě” ditulis dengan “nga lělět”? Jawabannya tidak mudah bukan?
Beberapa waktu lalu mimin mendapat kiriman sepotong foto manuskrip dari Ponorogo, kota ki cantrik Franky Crissz Sampai hari ini belum diketahui keberadaan pasti di mana dan siapa pemilik manuskrip ini. Namun, tentu fenomena dunia digital hari ini menjadi menarik bukan, adanya informasi-informasi baru menyoal manuskrip-manuskrip kita.
Piagam Palembang Dalam studi paleografi, kekhasan karakter aksara menjadi penting untuk diketahui lebih banyak. Salah satu prasasti yang menarik pada abad XVII-XVIII. Prasasti-prasasti Palembang ini umumnya menggunakan material Timah atau Stannum (Sn). Bentuk aksara juga mendekati aksara Jawa awal Mataraman
Bakdan dan Pareden oleh Rendra Agusta Syawal tanggal dua saya kembali ke Merbabu, selepas bakdan dengan kerabat di kota, saya kembali ke desa. Saya menginap semalam di kampung paling ujung, yang berbatasan langsung dengan hutan. Saat bangun tidur cuaca sangat