Sraddha merupakan program amatir yang bergerak dalam kajian kebudayaan Jawa Kuna dan Klasik Mataraman
Komunitas Sraddha lahir pada tanggal 2 April 2016, tepat saat seribu hari wafatnya salah satu ahli sastra Jawa kuna, Romo I. Kuntara Wirya Martana, S.J. Lalu ada ide untuk membentuk sebuah komunitas diskusi tentang sastra Jawa Kuna. Akhirnya beberapa kawan membentuk Komunitas Pencinta Kebudayaan Jawa ini yang diberi nama Sraddha.
Sesuai dengan namanya kami selalu berharap semoga di masa mendatang terdapat beberapa orang yang mau dan mampu menjadi penyambung pengetahuan rantai kebudayaan Jawa kepada masyarakat. Sehingga bangsa ini makin kuat dengan identitas peradaban luhur di masa lalu. Tepat seperti apa yang diinginkan para luluhur, seperti pada penutup kakawin Hariwangśa sebagai berikut:
“Mangke pwang Hariwangśa parwa winuwusnya wiphala satutuknya tan padoh. Ndan hopĕn palar amrakāśakĕna caṇḍi sang inalĕm akīrti pustaka”
Begini artinya menurut Zoetmulder:
Dan inilah cerita tersohor mengenai Hariwangśa. Lihatlah betapa karya ini, setiap kata, tak ada harga dan guna. Namun, mudah-mudahan seseorang memperhatikannya, sehingga dengan demikian bertambahlah cahaya candi sang raja yang terpuji karena mendirikan “monumen-monumen berbentuk pustaka”.
Awalnya kegiatan ini bersifat internal segelintir teman-teman sesama jurusan Sastra Daerah untuk Sastra Jawa (bidang skripsi Filologi) dari 3 kampus yakni UNS, UI dan UGM. Beberapa kegiatan yang saat ini sudah berlangsung adalah paparan mengenai kesusastraan Jawa Kuna di beberapa kampus, dialog-dialog dengan masyarakat Hindu di lereng Lawu, forum-forum literasi di Surakarta dan Yogyakarta. Awal tahun 2017 komunitas ini memberanikan diri untuk membuat kelas kajian Jawa Kuna yang dibuka untuk umum. Sambutan yang luar biasa. Kami mengadakan 3 kali kelas di ruang naskah Museum Radya Pustaka dan 2 kali kelas lapangan di Lereng Lawu dan Merapi. Menginjak tahun kedua, kegiatan Sraddha cukup mendapat dukungan dari berbagai pihak baik perseorangan maupun instansi. Kami bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Kota Surakarta, BPCB Jateng- DIY, Balai Bahasa Jateng-DIY, dan beberapa perpustakaan di Surakarta dan Yogyakarta.
Saat ini Sraddha sedang mengembangkan program merawat ingatan masa lampau melalui kelas-kelas, workshop, dan kunjungan ke wilayah yang terkait dengan dunia manuskrip nusantara. Kegiatan Sraddha Sala terbagi menjadi Sraddha Institute (ruang penelitian dan pendidikan), Komunitas Sraddha ruang berkegiatan dan pengabdian kepada masyarakat), dan Sraddha Store (toko buku dan merchandise).Selama pandemi Covid-19 melanda di Indonesia, kegiatan komunitas Sraddha dialihkan dalam media daring melalui aplikasi G-Meet, Zoom, pun juga rekamannya bisa disimak di Spotify dan Youtube.