Mencari Tuhan pada Masa Jawa Kuna

Mencari Tuhan pada Masa Jawa Kuna

manuk asukha-sukhan muṅgwing pang rãmya masahuran kadi papupul i saṅ wriṅ tattwādhyātmika maceṅil —
burung-burung riang gembira di atas ranting pohon, ramai bersahutan seperti perdebatan para cendekiawan untuk mencari kebenaran esoteris (tattwādhyātmika), begitu tulis Pu Tan Akung dalam teks śiwarātrikalpa.
— bahwa kebenaran dicari melalui penelusuran teks, tentu juga mencakup studi filologi adalah bagian dari pencapaian Hyang Widdhi melalui jalan Tantra.

Panji Dalam Tradisi Sastra dan Ruang Arkeologis

Panji Dalam Tradisi Sastra dan Ruang Arkeologis

Panji, yang juga menjadi sastra rakyat, turut hadir dalam dongeng, folklore, hingga seni pertunjukan. Dongeng popular yang memuat cerita Panji misalnya Andhe-Andhe Lumut, Keong Mas, Cindelaras Enthit, Arumsari, dan Brambang Bawang. Adapun folklore yang memuat cerita Panji misalnya folklore goa Selomangleng di Kediri, Sedangkan Panji dalam seni pertunjukan bisa dilihat dalam wayang gedhog, wayang beber, dan tari topeng. Naskah-naskah Panji juga tersimpan di pelbagai penyimpanan naskah-naskah di luar negeri.

Membincang Raden Saleh: Menghormati Tuhan Mencintai Manusia

Membincang Raden Saleh: Menghormati Tuhan Mencintai Manusia

Sejak lahir, Raden saleh menjadi “Manusia di Antara”, lahir dari keturunan Arab-Jawa, hidup di antara Kebudayaan Sunda, Jawa, dan tentu Eropa. Seperti ucapan Kapitan Tionghoa Tan Jin Sing “Cina wurung, Jawa Nanggung, Landa Durung”. Tentu kehidupan demikian sedikit banyak akan mempengaruhi pandangan, pemikiran, dan kekaryaan Raden Saleh. Dalam Program Diskusi #SakMadya 2 ini kita membahas bagaimana kehidupan Raden Saleh, kehidupan dan karyanya.

Kawi Society: Pertemuan para peneliti Jawa Kuna dari berbagai penjuru dunia

Kawi Society: Pertemuan para peneliti Jawa Kuna dari berbagai penjuru dunia

International Kawi Culture Festival merupakan upaya untuk memperkenalkan konsep Budaya Kawi di kalangan umum maupun di kalangan ahli. Tujuan acara ini sesuai dengan semboyan festival: “melepas sekat, memperluas jarak, meniti puncak”. Melepas sekat berarti membebaskan pikiran dari segala keterbatasan berdasarkan identitas suku, disiplin maupun lembaga, agar budaya Kawi dapat ditelaah secara keseluruhan. Memperluas jarak berarti memperbesar wawasan dan ruang lingkup pemahaman budaya Kawi, baik secara geografis maupun historis.