Radiocarbon, Teks Pangeran Benang dan Sumber Primer Walisongo
Malam minggu ini Mindha mendapat pertanyaan, lagi-lagi soal data tulis keberadaan Wali Songo. Terus terang, selalu Mindha terangkan bahwa:
“semua ilmu itu terbatas dan ada batasannya masing-masing, termasuk Filologi” —
Filologi terbatas dan keras berpegang pada material kultur, jika data sezaman tak ada maka data lain akan dipandang lemah dalam posisi kritik sumber historiografi yang menggunakan ilmu filologi sebagai alat bantu. Pertanyaan yang muncul? Apakah ada teks Walisongo yang sezaman kita miliki?
1. Salah satu teks yang selalu disematkan kepada Walisongo terutama Sunan Bonang adalah naskah dengan kode Or.1928 koleksi Leiden ini. Drewes telah cukup lama merisetnya, ia juga menyebutnya dengan “The Admonitions Seh Bahri”. Cek https://drive.google.com/file/d/1aqP2_fyTp5kSpHd8xrI960wDG0n2DP5g/view.
2. Jika kawan-kawan tak percaya Drewes, silahkan baca naskah aslinya. Beraksara Jawa Baru dan Bahasa Jawa Baru awal. Aksara-aksara yang digunakan mirip sekali dengan inskripsi di Kategan, teks Panji Angreni awal dan prasasti Peter Everbeld di Jakarta. Cek naskah aslinya https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/view/item/1576531#page/1/mode/1up
3. Teks awal bertulis “caritanira sekhulbariṅ\”.Teks akhir yang bertulis “kaṅpakṛti paŋeran] niṅ benaṅ. Lalu mengapa teks “baring” dijadikan “bari[ṅ] atau “pangeran ing benang” dianggap “Pangeran ing Bonang atau Sunan Bonang, itu adalah usulan Drewes. Mengapa begitu? Cek di tesis Drewes.
4. Apakah teks ini sezaman dengan Demak?
Jawabnya: Naskah ini menjadi koleksi perpustakaan pribadi navigator Belanda terkemuka Bonaventura Vulcanius yang hidup sebelum tahun 1600.
Lalu tahun 1614 naskah ini diakusisi dan disimpan di perpustakaan Leiden (UBL) sampai sekarang. Cek https://collectionguides.universiteitleiden.nl/resources/ubl015#
5. Kapan ditulis? sepanjang teks tak ditemukan kolofon penanda tahun. Drewes memperkirakan bahasa dan aksara yang digunakan pada masa Jawa Tengahan atau peralihan.
6. Tahun 2025, Ibu Annabel T. Gallop menerbitkan uji radio karbon atas material naskah ini. Hasilnya, ada dua kemungkinan. Pertama, dluwang ini diproduksi kemungkinan 58% dibuat pada 1456-1523 Masehi. Kedua, kemungkinan 37% dibuat tahun 1574-1626 M. Cek https://journals.sub.uni-hamburg.de/hup4/mc/article/view/9
7. Kenapa tahun penanggalan radiocarbon tidak presisi? Ada banyak hal variabelnya. Perlu kawan-kawan belajar dari kawan-kawan periset arkeometri.
8. Kapan dluwangnya mulai ditulisi teks ini? Tidak tahu.
9. Teks zaman yang memuat orang-orang suci di Demak bisa mulai baca teks lawatan Tom Pires (1512-1515), Fransisco Rodrigues (1515) dan sederet teks lain yang menyelinap di arsip-arsip Portugis dan Spanyol. Jika tak percaya dengan terbitan yg ada, bisa mulai belajar kedua bahasa itu dan baca teks aslinya, sekarang sudah mudah diakses. Cek https://archive.org/details/McGillLibrary-136385-182
10. Dalam poin sembilan nanti ada istilah “Tapas” dan “Moor”. Dua leksikon yang mengacu pada orang-orang suci di Demak. Apakah ada istilah walisongo di sana? Belum ditemukan.
11. Kembali ke naskah Pangeran Benang. — sampai saat ini ada dua mahzab, yang lunak menyamakannya dengan Pangeran/Sunan Bonang atau Seh Bakhul Baring sama dengan Bari. — ada pula peneliti yang tetap keras pada teks yang ada tertulis.
12. JIKA, kita memilih mahzab lunak (poin 11), dan keterangan umum riwayat Sunan Bonang dari teks-teks yang lebih muda (Abad XVIII-XIX) yang mengisahkan beliau hidup antara tahun 1465-1525, berdasarkan data hasil radiokarbon maka tahun ini mendekati kemungkinan masa diproduksinya kertas dluwang naskah Or.1928 itu. Lihat poin 6.
13. JIKA, anda mahzab keras, dan tetap keukeuh pada teks yang ada. Ya teks itu karya Pangeran Benang bukan Pangeran Bonang atau Sunan Bonang.
Kurang lebih begitulah keterbatasan ilmu filologi. Ilmu yang Mindha dan secuil kawan-kawan tekuni. Mindha tak ahli penerawangan yang bisa berkomunikasi dengan jim atau kembali ke masa lalu untuk mempertanyakan fakta-fakta sesungguh. Mindha dan kawan-kawan demikian terbatas.
Demikian ulasan Malming dibuat, semoga menjadi ajang perdebatan akademik berikutnyah.rdr
#ayosinaumaneh
