
Salah satu riset panjang Sraddhasala Institute berkolaborasi dengan trah Kertamanggala dusun Sewengi (Boyolali) adalah digitalisasi, alih aksara, alih bahasa, dan kajian isi dari naskah-naskah temuan di kampung-kampung. Tentu riset ini bukan riset mahabesar yang melibatkan kampus-kampus besar dan pendana besar, riset ini hanya riset kecil-kecilan yang dikelola sebuah trah keluarga dusun.Soal naskah-naskah pedesaan mungkin tidak semenarik naskah-naskah Kraton atau milik lembaga pemerintah yang besar, tetapi jika naskah padusunan itu tidak dijamah, maka yang ada hanya mistifikasi dan kembalinya naskah itu menjadi debu. Barangkali gerakan riset berbasis komunitas ini menjadi gerakan mungil di padukuhan yang membawa kesadaran baru, lebih-lebih menyoal “meretas jarak” antara kampus-kampung, akademisi-akaděmiti, museum-musoleum, dan lain sebagainya.Naskah kepunyaan Kertamenggala ini selama empat generasi dianggap “jimat”, diletakkan di sebuah nisan kayu atau dikenal sebagai “lělayaran” oleh masyarakat Merbabu. Tahun ini, keluarga besar mencoba membukanya, selain membuka ruang transformasi informasi, tentu juga membawa pengenalan sosok leluhur dan sosiokultural di zamannya. Setelah pembacaan panjang oleh beberapa volunteer śraddha (kak Kukuh Widodo dan Alfan Muhyar ), akhirnya kami beserta keluarga memberanikan diri memulai jagongan ringan pernaskahan dari kampung ke kampung.