Nafas Intelektual kembali Sumirat di Surakarta

Nafas Intetelektual kembali Sumirat di Surakarta

Pada masa pemerintahan K.G.A.A Mangkunegara VII, sebuah ruang intelektual gaya barat dimulai di Surakarta, bernama Algemeene Middelbare School (AMS). Bagi peneliti filologi Jawa, kita tentu tidak bisa melepaskan diri dari guru-guru Jawa Kuna seperti W.F. Stutterheim, yang pada masa itu menjadi direktur AMS di Surakarta pada tahun 1926. Hampir seratus tahun berikutnya, hari ini, atas perkenanan K.G.P.A.A Mangkunegara, kembali berbagai peneliti kebudayaan Jawa berkumpul dalam sebuah simposium di Pura Mangkunegaran.

Secara khusus, pada sesi satu, Komunitas Sraddha yang diwakili @kangrendra turun serta dalam simposium tersebut. Topik bahasan kali ini masih mengenai Siti Dhusun Praja Mangkunegaran berbasis penelitian manuskrip koleksi Reksa Pustaka. 

Manuskrip dengan nomor MN.17 adalah salah satu manuskrip yang memuat administrasi tanah di wilayah Mangkunegaran pada awal pemerintahan K.G.P.A.A Mangkunegara IV, tahun 1781 Jimawal. Tentu, berbicara desa-desa wilayah Mangkunegaran juga memotret lanskap kebudayaan secara menyeluruh dari istana sampai dengan batas-batas wilayah paling tepi.

Terima kasih kepada mas @adrianperkasa dan Maaten Manse yang mengijikan tulisan ini disampaikan dalam acara istimewa. Tentu juga seluruh panitia dari UIN Raden Mas Said Surakarta @uin_rmsaid, Universitas Leiden @universiteitleiden, KITLV, dan SLC. Tentu semua para guru-guru kajian Jawa yang sangat menginspirasi. Sampai jumpa pada pertemuan-pertemuan mendatang. 

 

Foto oleh Permata Aji BM

 

Nafas Intelektual kembali Sumirat di Surakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *