
Aksara ꦯ akan dibaca seperti apa?
Pada hari yang panas ini, mimin mendapat pertanyaan dari kawan-kawan soal penggunaan aksara Murda dan atau Mahaprana ini.
Tentu perdebatan ini perkara dialog memperebutkan kebenaran pembacaan aksara ini dari salah satu grup guru bahasa Jawa.
Nah! pada umumnya, aksara ꦯ ini dikenal sebagai aksara Murda Sa, sebagai huruf kapital penyebutan nama tertentu dalam Paugeran Sriwedari. Tetapi, aksara ini juga dikenal untuk menggantikan ś atau sy atau ç dalam paugeranMardikawi,Sebuah pengaturan peraturan untuk menulis bahasa Jawa Kuna dengan menggunakan aksara Jawa Baru.
Tentu kedua sah-sah saja digunakan dengan pertimbangan teks apa yang kita baca. Semisal, dalam Serat Wretasancaya (gambar 1) koleksi Museum Radya Pustaka, pada teks “Sang Hyang Wāgīҫwarīndah”, aksara ꦯ sebaiknya dibaca sebagai sy atau ç, agar kemudian pembaca awam dapat memahaminya lebih lanjut.
Sedangkan pada teks yang lain, seperti Serat Prajangjen Dalem Nata (gambar 2), aksara ꦯ sebaiknya tetap dibaca sebagai Sa biasa, pengunaan aksara tersebut digunakan untuk penghormatan kepada nama Raja di Kraton Surakarta.
Yuk sudah perdebatan! toh keduanya juga bisa digunakan dalam teks dan konteks tertentu. Keduanya juga termaktub dalam manuskrip-manuskrip karya leluhur kita.