Jumat kemarin (12/11/2023), Balai Bahasa Jawa Tengah menggelar sarasehan Sastra dan Budaya yang secara spesifik membahas nilai dan kearifan lokal dalam naskah-naskah Jawa.
Mencari Nilai dan Kearifan Lokal dalam Naskah Naskah Jawa


Jumat kemarin (12/11/2023), Balai Bahasa Jawa Tengah menggelar sarasehan Sastra dan Budaya yang secara spesifik membahas nilai dan kearifan lokal dalam naskah-naskah Jawa.

International Kawi Culture Festival merupakan upaya untuk memperkenalkan konsep Budaya Kawi di kalangan umum maupun di kalangan ahli. Tujuan acara ini sesuai dengan semboyan festival: “melepas sekat, memperluas jarak, meniti puncak”. Melepas sekat berarti membebaskan pikiran dari segala keterbatasan berdasarkan identitas suku, disiplin maupun lembaga, agar budaya Kawi dapat ditelaah secara keseluruhan. Memperluas jarak berarti memperbesar wawasan dan ruang lingkup pemahaman budaya Kawi, baik secara geografis maupun historis.

Pada masa pemerintahan K.G.P.A.A Mangkunegara VII, sebuah ruang intelektual gaya barat dimulai di Surakarta, bernama Algemeene Middelbare School (AMS). Bagi peneliti filologi Jawa, kita tentu tidak bisa melepaskan diri dari guru-guru Jawa Kuna seperti W.F. Stutterheim, yang pada masa itu menjadi direktur AMS di Surakarta pada tahun 1926. Hampir seratus tahun berikutnya, hari ini, atas perkenanan K.G.P.A.A Mangkunegara X, kembali berbagai peneliti kebudayaan Jawa berkumpul dalam sebuah simposium di Pura Mangkunegaran, berbincang kebaruan-kebaruan kajian kebudayaan Jawa.

Malam tadi, Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang menyelenggarakan Seri Diskusi Gedung SI #6 dengan tema “Melacak Jejak Ho-ling di Jawa Tengah”.berlangsung dengan meriah. Prof.Agus Aris Munandar, guru besar Arkeologi UI memaparkan bukti-bukti arkeologis abad IV-VII Masehi, pun juga catatan berita Tionghoa tentang keberadaan Holing. Secara garis besar, simpulan sementara, dugaan keberadaan Holing ada di Jawa Tengah dan Utara Jawa. Tentu bukti ini diperkuat dengan adanya kajian situs Bototumpang, sebuah situs yang secara karakteristik dekat sekali dengan Situs Batujaya.

Centhini adalah karya sastra yang diprakarsai oleh Amangkunagara III, putra Sunan Pakubuwono IV di Kraton Surakarta. Karya ini memuat semua pengetahuan Jawa pada abad XIX.

Tema reaktualisasi hal-hal yang dianggap kuno memang sedang trend di masyarakat. Jagat dunia filologi tak luput dari gelombang tersebut. Jagat dunia filologi tak luput dari gelombang tersebut. Dekade ini, banyak forum yang mencoba membuka kembali kotak-kotak lama ‘naskah’ dan ‘cerita lama’, namun persoalannya beberapa forum hanya sekedar mengelap-ngelap kembali khasanah lama ketika sedikit lainya mulai menempuh jalan yang berbeda.

Naskah Nusantara adalah Sumber Inspirasi Bangsa Oleh Frangki N.F. Pratama Edwin Paul Wieringa berpendapat kajian manuskrip harus berjuang muncul dunia digital. Manuskrip harus mampu mengikuti dan menjawab isu-isu sosial termutakhir, tanpa terjebak dalam romantisme masa lalu. Kabar dari Londo yang

Damalung BluePrint Dalam Damalung Blueprint ini, salah satu tugas tim riset adalah mencari rekomendasi tempat pergelaran. Tim riset yang terdiri dari Rendra Agusta (Sraddha Institute), mas Tri Subekso (Ketua TACB Kab. Semarang), bung Akhriyadi Sofian (Dosen UIN Walisongo Seamrang,

Sejarah dan Sastra sebagai salah satu jangka zaman. Sastra klasik tentunya menjadi “milestone”, panjangka hari ini dan esok. Kali ini cantrik Sraddha Sala, kak Frengki Fariya Pratama berbincang dengan kawan-kawan IAIN Ponorogo menyoal relasi sejarah dan sastra dalam ruang bingkai

Rekam lawatan masa lampau untuk pengembangan wisata kini: Sejak awal Jawa memiliki daya tarik wisata yang luar biasa, menyoal keindahan alam dan kebudayaannya. Program pameran foto Jawimajinasi ini sangat menarik, melihat Jawa dari bidikan lensa. Tentu kita tahu, fungsi ilmu-ilmu